Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 22 Juni 2016

PAI-ILMUWAN YANG MENGINSPIRASI

ILMUWAN YANG MENGINSIRASI

IBNU SINA
Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan Muslim yang terkenal di dunia. Ia seorang ilmuwan dengan pemikiran-pemikiran yang cerdas mendasari ilmu kedokteran brand new. Beliau disebut sebagai “Bapak Kedokteran modern.” George Sarton menyebutnya sebagai “Ilmuwan Paling Terkenal dari Islam”. Ibnu Sina dikenal dengan sebutan Avicenna di dunia Barat. Dia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia serta beliau juga seorang penulis yang produktif di mana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan.
Ibnu Sina lahir pada bulan Shafar 370 H atau di bulan Agustus 985 M. Keluarga Ibnu Sina kebanyakan bekerja dengan mengabdi pada negara. Ayahnya bekerja di pemerintahan, selain itu juga sebagai pendidik. Ibnu Sina beruntung lahir di keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Sejak kecil sang ayah mengajarinya untuk cinta ilmu. Oleh sang ayah, Ibnu Sina diajari Qur’an dan Sastra.
Ibnu Sina merupakan  pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai "bapak kedokteran modern." George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu". Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun. Segala hal dalam kehidupan dari diri Ibnu Sina sangat menginspirasi saya hingga saya kagum dengan dirinya. Kekaguman saya dikarenakan dengan hal-hal berikut:

1.     Usia belia yang cemerlang
Ibnu Sina sudah menjadi penghafal Al -Quran sebelum usia 10 tahun. Ia juga tertarik dengan hakikat dan memahami metafisika serta semua filsafat Aristoteles di usia belia, 8 tahun. Di usia yang sama pula atas inisiatif sendiri beliau membeli buku tafsir metafisika Aristoteles karya Al-Farabi seharga 3 dirham. Buku tersebut kemudian sangat memengaruhi kehidupannya. Kecerdasannya sangat terlihat sejak beliau masih usia belia dan memang tanda-tanda sifat kecintaannya pada ilmu telah terlihat sejak usia muda.
Hal ini sangat menginspirasi saya, beliau telah mengisi kehidupan di usia mudanya dengan hal-hal yang sangat bermanfaat. Menjadi penghafal Al-Quran sejak usia dini adalah impian semua muslim di dunia, mampu memahami ilmu metafisika di usia dini pun adalah hal yang luar biasa bagi saya, karena dimasa sekarang pun jarang ditemukan hal yang demikian walaupun pada dasarnya usia itu adalah usia dengan mayoritas kegiatan bermain namun Ibnu Sina mempunyai ketertarikan berbeda untuk menguji kemampuannya memahami suatu ilmu. Sifat inisiatif sudah tertanam dalam dirinya dengan membeli buku sebagai bahan untuknya memahami materi yang belum beliau pahami. Sifat tersebut bisa dikatakan sebagai usaha dirinya memenuhi apa yang diinginkannya dalam hal kebaikan, beliau tidak bersikap pasrah dalam suatu hal apapu karena keyakinannya bahwa dirinya mampu.

2.     Pakar dari berbagai bidang ilmu
Ibnu Sina juga dikenal dengan kepakarannya dalam berbagai bidang ilmu. Di bidang kedokteran, Ibnu Sina telah membahas kanker, tumor, diabetes dan efek palcebo pada materpiece-nya “Al-Qanun fi al-Tibb” (The Canon of Medicine). Di bidang psikologi, Ibnu Sina adalah pelopor psikofisiologi, psiokomatik dan neuropsikiatri. Ketertarikan ini membuatnya menulis banyak jurnal tentang psikologi dan psikiatri, jauh sebelum Carl Jung dan Sigmund Freud.
Beberapa penyakit psikologi telah ia bahas seperti halusinasi, insomnia, demenia, vertigo dan lainnya. Di bidang fisika, Ibnu Sina adalah penemu termometer dan ia selalu menggunakan alat itu di setiap penelitiannya untuk mengukur suhu udara sekitar. Di bidang kimia, Ibnu Sina menemukan teknik destilasi uap untuk mengekstrak minyak Atsiri dari herbal dan rempah-rempah. Di bidang mekanika, ia telah menjelaskan teori momentum dan inersia serta masih banyak bidang kelilmuan yang dipakarinya.
Disepanjang perjalanan kehidupannya, beliau selalu mengisi dengan hal-hal yang luar biasa. Tidak seperti kebanyakan orang yang hanya merasa cukup dengan menguasa satu saja bidang keilmuan. Tetapi Ibnu Sina justru mampu melampaui batas dari keadaan biasa dengan selalu mengembangkan kecerdasannya untuk selalu menciptakan bidang-bidang ilmu baru yang luar biasa. Telah terbukti pula semua bidang keilmuan yang dipakari olehnya menjadi bidang ilmu yang sangat cemerlang hingga masa kini. Hal demikian membuktikan kebermanfaatan yang luar biasa atas usaha dan kerja kerasnya untuk banyak orang.

3.     Ibnu Sina bersifat workaholic
Ibnu Sina disebut-sebut sangat workaholic yaitu seseorang yang berkerja tak kenal waktu. Beliau menghabiskan sepanjang siangnya melakukan penelitian di laboratorium, mengajar atau menangani pasien kemudian di malam hari beliau akan belajar dan menulis buku atau jurnal. Al Jauzakani sebagai sekretarisnya, bahkan menyatakan Ibnu Sina meninggal akibat kelelahan. Maka jarang kebiasaan ini membuat teman-temannya mengkhawatirkan kesehatannya dan berusaha mengingatkan melalui teguran. Namun setiap kali ditegur, beliau hanya menjawab,  “Lebih baik aku berusia pendek namun penuh makna dan karya daripada diberi umur panjang yang hampa,” begitu jawabnya. Akan tetapi dengan sikap workaholic yang demikian tentu tidaklah pernah Ibnu Sina meninggalkan kewajibannya beribadah.
Sifat kerja kerasnya sangat saya kagumi, dia pun tidak menginginkan waktu dalam kehidupannya sedikit saja tidak memiliki manfaat. Segala hal yang menurutnya mampu untuk dikerjakan akan segera dikerjakan olehnya dengan memanfaatkan kecerdasan dan kemauan keras yang dimilikinya, tidak ada sedikit pun kata menyerah baginya. Waktu kehidupannya hanya untuk meneliti atau mempelajari suatu bidang ilmu saja tidak pernah dia sesalkan bahkan beliau rela menghabiskan waktu hidupnya dengan hal yang demikian. Beliau sangat cerdas dalam mengatur waktunya sedemikian rupa hingga banyak hal dapat dilakukan olehnya dalam satu hari. Hal ini tentunya berkaitan dengan sikap disiplinnya terhadap waktu dan konsistensinya dalam tujuan kehidupannya.
4.     Ibnu Sina sebagai Pecinta Ilmu
Di usia yang masih terbilang remaja, yaitu 18 tahun, Ibnu Sina telah memiliki reputasi sebagai ilmuwan fisika. Pencapaian dan kredibilitas tersebut tentunya hanya mungkin diraih dengan kecintaan pada ilmu. Tidak diragukan lagi, Ibnu Sina memang sangat mencintai ilmu. Saat disodori pilihan antara uang dan ilmu, ia tidak menemui kesulitan untuk menentukan pilihan. Hal itu tercermin ketika sebelum menetap di Gorgan, Ibnu Sina menyembuhkan Pangeran Mansur dan diberi pilihan sebagai imbalan. Sebelumnya dokter di daerah tersebut menyerah hingga akhirnya sang pangeran sembuh di tangannya. Pangeran yang berlimpah harta kekayaan itu pun menawarinya uang, tanah hingga istana. Namun Ibnu Sina ternyata memilih diberi waktu untuk tinggal di perpustakaan milik sang pangeran selama beberapa hari untuk melahap ilmu dari koleksi buku-bukunya.
Sifat cinta akan ilmu dari dalam dirinya menjadi hal yang tidak diragukan lagi untuk dikagumi. Rasa cinta terhadap ilmu merupakan hal yang mendasar bagi setiap orang yang harus dimiliki apabila dirinya bertujuan untuk memahami, menguasai, bahkan menciptakan ilmu-ilmu baru. Sangatlah jarang ditemui seseorang yang sangat mencintai ilmu hingga mampu menghasilkan karya-karya yang luar biasa dalam jumlah yang tidak sedikit dan dalam bahasan dari segala bidang ilmu. Ibnu Sina menghasilkan karya-karya yang luar biasa, sifat cintanya akan ilmu membuatnya selalu merasa haus akan ilmu. Selalu mengusahakan dirinya untuk dapat meperoleh ilmu dari berbagai hal yang positif. Menjadikan ilmu diatas segalanya bahkan tidak tergoda disaat ada pilihan harta diantara ilmu, beliau tetap memilih ilmu. Ilmu adalah kunci dari segala hal dalam kehidupan hingga harta pun adalah hasil dari adanya ilmu dari dalam diri kita. Pecinta ilmu sebagai sikap pribadinya menginspirasi saya untuk memiliki sikap sebagai pecinta ilmu.

5.     Ibnu Sina di dalam penjara tetap berkarya
Di Asfahan, Ibnu Sina pernah dipenjara selam 4 bulan karena fitnah dari lawan-lawan politiknya. Sebelum itu, beliau memang pernah menjabat dalam waktu sebentar di pemerintahan dan kinerja beliau sangat bagus, hal tersebut membuat banyak orang yang dengki padanya. Sehingga berakhirlah sikap dengki tersebut dengan Ibnu Sina berada di dalam penjara. Namun meski hidup di balik terali besi, Ibnu Sina tidak kehilangan energinya. Sebaliknya beliau menjadi sangat produktif. Siang hingga malam dihabiskannya untuk menulis.
Kemudian dihasilkan salah satu karyanya di masa itu adalah sebuah buku yang kemudian menjadi masterpiece sepanjang masa. Asy-Syifa, buku yang tersebut membahas banyak cabang ilmu. Mulai dari metafisika, geometri, musik, medis, sampai fisika. Ketika akhirnya dibebaskan ia memutuskan bahwa politik bukan tempatnya. Demi sebuah pencerahan, Ibnu Sina pun mengembara hanya berbekal pakaian yang melekat di badan, sedikit uang, dan setumpuk buku.
Berkali-kali kembali terlihat kepribadiannya yang luar biasa bagi saya. Dalam menghadapi masa-masa yang terbilang cukup sulit pun, sikap cintanya terhadap ilmu tidak dapat diganggu gugat. Beliau tetap bisa berkarya dalam segala situasi. Beliau selalu mengedepankan hal-hal positif. Beliau tetap memegang prinsipnya bahwa di dalam hidupnya beliau harus mengisi dengan hal-hal bermanfaat. Terciptalah satu karya lagi dari situasi yang cukup sulit bagi saya yaitu di dalam penjara. Hal ini pula menjadi inspirasi saya, bahwa dalam menuntut ilmu tidak pernah mengenal waktu dan tempat, segala keadaan dapat dimanfaatkan untuk berkarya selagi kita mau memanfaatkan kemampuan kita untuk mengembangkan kecerdasan kita.

6.     Percayai Ibadah sebagi hal yang membantunya dalam berkarya
Ibnu Sina dalam hidupnya memiliki kebiasaan yang sangat baik. Kebiasaan beliau adalah selalu berwudhu dan sholat sunnah 2 rakaat ketika memulai menulis karyanya ataupun menghadapi hal-hal sulit atau jalan buntu saat meneliti atau menulis. Bagi beliau kebiasaan tersebut dapat memudahkan dirinya menemukan inspirasi kembali setelah melaksanakan sholat atau dalam mimpi tidurnya.
Mengetahui kebiasaan beliau yang demikian membuat sosoknya menjadi lebih menginspirasi. Dalam karya-karyanya selalu beliau libatkan dengan ibadah, dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT , Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidaklah pantas bagi kita untuk tidak melibatkan Allah SWT dalam segala urusan, karena apapun akan terjadi sesuai dengan kehendaknya, serta tentunya dengan mengharap ridha-Nya agar karya-karya kita akan berkah dan bermanfaat selalu bagi orang lain. Hal ini telah dibuktikan dengan adanya karya-karya terbaik dari seorang Ibnu Sina yang selalu melibatkan Allah SWT dalam segala urusannya.

7.     Kemampuan menulis dan membaca cepat
Dengan rasa cintanya akan ilmu, membuatnya terlatih untuk selalu membaca dan menulis menghasilkan suatu karya hingga menjadi suatu kebiasaan dalam hidupnya. Ibnu Sina memiliki suatu kelebihan yang unik, yaitu beliau memiliki kemampuan dalam hal menulis dan membaca sangat cepat. Beliau bahkan bisa menulis dengan tulisannya yang tetap dalam keadaan rapi dengan keadaan menulis diatas punggung kuda yang berjalan cepat. 
Betapa luar biasanya beliau, ketika kita dihadapi dengan keadaan yang demikian belumlah tentu hasil tulisan kita berada dalam keadaan yang rapi. Kebiasaannya dalam hal membaca dan menulis menghasilkan satu kemampuan unik pada dirinya yang belum bisa dimiliki oleh orang lain. Saat ini pun sudah ada kompetisi-kompetisi menulis dan membaca cepat, hal ini bisa jadi sebagai wujud dari kekaguman terhadap kemampuan Ibnu Sina bahwa seseorang mampu untuk melakukan suatu hal yang hebat, salah satunya membaca dan menulis dengan cepat. Serta menjadi inspirasi bagi kita untuk mengasah kemampuan kita dalam hal menulis dan membaca cepat karena diyakinkan memperoleh kemampuan tersebut tidaklah sia-sia dalam banyak hal.

8.     Tidak mementingkan gengsi dalam mencari ilmu
Dari usia dini, Ibnu Sina telah mendapatkan suatu ilmu dari hasil homeschooling yang diikutinya bersama guru-guru yang berbeda setiap bidang ilmu. Beliau tidak pernah memikirkan gengsi dalam menuntut ilmu, beliau tidak pernah malu untuk berguru ke siapapun. Beliau mengaku bahwa semasa kecilnya telah mempelajari aritmatika dari seorang pedagang sayur kebangsaan India, bahkan beliau pernah menyelinap ke pesantren milik seorang guru dari Persia untuk belajar ramuan obat. Hingga usia tua pun beliau masih suka berguru ke banyak ilmuwan lainnya dan salah satunya adalah seorang ahli fiqih terkenal, Al-Farabi.
Dalam perjalanan menuntut ilmu tidaklah penting untuk memelihara rasa malu karena ilmu dapat dicari dimanapun, oleh siapapun, dan kapanpun. Hal ini telah dibuktikan oleh Ibnu Sina. Perilakunya dalam mencari ilmu menjadi inspirasi bagi saya, yaitu hendaklah kita mencari ilmu sebanyak-banyak tanpa mengenal adanya suatu batasan. Jika kita ingin kaya akan ilmu, hilangkan hal-hal rasa malu, rasa gengsi, rasa bingung untuk mencari ilmu. Jika kita sangat cinta akan ilmu maka tidak ada alasan apapun yang membatasi perjalanan mencari ilmu, seperti yang telah dilakukan oleh Ibnu Sina.

9.     Otak kanan dan otak kiri yang seimbang
Ibnu Sina disamping jago dalam hal logika dalam segala karya-karyanya, tetapi beliau juga mempergunakan otak kanannya dengan hal yang tidak kalah luar biasanya. Ibnu Siana juga merupakan seorang penyair, beliau handal dalam memainkan alat musik dan bernyanyi. Bahkan sesaat ketika ada jadwal kuliah di malam hari, beliau selalu menyediakan waktu break sejenak dan mengajak para mahasiswanya untuk bermain musik sekaligus bernyanyi di dalam kelas.
          Sangat terlihat kecerdasan dari Ibnu Sina ini, beliau mampu secara seimbang mempergunakan kinerja otak kanan dan otak kirinya dalam hidupnya untuk menghasilkan sutau hal yang luar biasa. Saya pun berkeinginan sekali dapat melakukan hal tersebut, menyeimbangkan keadaan otak kanan dan otak kiri. Hanya dalam jumlah minoritas saja yang selama ini saya temui seseorang yang mampu menyeimbangkan otak kanan dan otak kirinya, termasuk saya. Seringkali seseorang sudah merasa nyaman dengan kinerja salah satu otaknya dan sangat sulit berkemauan untuk menyeimbangkan satu dengan yang lainnya. Namun, lihatlah Ibnu Sina, beliau mau dan telah mampu menghasilkan karya-karya serta berkeahlian juga di bidang sastra dan seni. Inilah yang menginspirasi saya untuk dapat menjadi lebih baik kembali.

          Dari hal yang telah diuraikan diatas dapat diketahui bahwa sosok dari Ibnu Sina sangat menginspirasi terutama dalam sisi kepribadiannya dan prinsip hidupnya. Sangat luar biasa perjalanan hidupnya, kesuksesannya dapat terlihat dengan karya-karya yang dihasilkan begitu terkenal serta membawa manfaat bagi orang banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar