IBNU SINA
Ibnu
Sina adalah seorang ilmuwan Muslim yang terkenal di dunia. Ia seorang
ilmuwan dengan pemikiran-pemikiran yang cerdas mendasari ilmu kedokteran brand
new. Beliau disebut sebagai “Bapak Kedokteran modern.” George Sarton
menyebutnya sebagai “Ilmuwan Paling Terkenal dari Islam”. Ibnu Sina dikenal
dengan sebutan Avicenna di dunia Barat. Dia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan
juga dokter kelahiran Persia serta beliau juga seorang penulis yang produktif
di mana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan.
Ibnu
Sina lahir pada bulan Shafar 370 H atau di bulan Agustus 985 M. Keluarga Ibnu
Sina kebanyakan bekerja dengan mengabdi pada negara. Ayahnya bekerja di
pemerintahan, selain itu juga sebagai pendidik. Ibnu Sina beruntung lahir di
keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Sejak kecil sang ayah mengajarinya
untuk cinta ilmu. Oleh sang ayah, Ibnu Sina diajari Qur’an dan Sastra.
Ibnu
Sina merupakan pengarang dari 450 buku
pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi
dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai "bapak kedokteran
modern." George Sarton menyebut Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal
dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan
waktu". Karyanya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The
Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun. Segala hal dalam
kehidupan dari diri Ibnu Sina sangat menginspirasi saya hingga saya kagum
dengan dirinya. Kekaguman saya dikarenakan dengan hal-hal berikut:
1. Usia belia yang cemerlang
Ibnu
Sina sudah menjadi penghafal Al -Quran sebelum usia 10 tahun. Ia juga tertarik
dengan hakikat dan memahami metafisika serta semua filsafat Aristoteles di usia
belia, 8 tahun. Di usia yang sama pula atas inisiatif sendiri beliau membeli
buku tafsir metafisika Aristoteles karya Al-Farabi seharga 3 dirham. Buku
tersebut kemudian sangat memengaruhi kehidupannya. Kecerdasannya sangat terlihat
sejak beliau masih usia belia dan memang tanda-tanda sifat kecintaannya pada
ilmu telah terlihat sejak usia muda.
Hal
ini sangat menginspirasi saya, beliau telah mengisi kehidupan di usia mudanya
dengan hal-hal yang sangat bermanfaat. Menjadi penghafal Al-Quran sejak usia
dini adalah impian semua muslim di dunia, mampu memahami ilmu metafisika di
usia dini pun adalah hal yang luar biasa bagi saya, karena dimasa sekarang pun
jarang ditemukan hal yang demikian walaupun pada dasarnya usia itu adalah usia
dengan mayoritas kegiatan bermain namun Ibnu Sina mempunyai ketertarikan berbeda
untuk menguji kemampuannya memahami suatu ilmu. Sifat inisiatif sudah tertanam
dalam dirinya dengan membeli buku sebagai bahan untuknya memahami materi yang
belum beliau pahami. Sifat tersebut bisa dikatakan sebagai usaha dirinya
memenuhi apa yang diinginkannya dalam hal kebaikan, beliau tidak bersikap
pasrah dalam suatu hal apapu karena keyakinannya bahwa dirinya mampu.
2. Pakar dari berbagai bidang ilmu
Ibnu
Sina juga dikenal dengan kepakarannya dalam berbagai bidang ilmu. Di bidang
kedokteran, Ibnu Sina telah membahas kanker, tumor, diabetes dan efek palcebo
pada materpiece-nya “Al-Qanun fi al-Tibb” (The Canon of Medicine). Di bidang
psikologi, Ibnu Sina adalah pelopor psikofisiologi, psiokomatik dan
neuropsikiatri. Ketertarikan ini membuatnya menulis banyak jurnal tentang
psikologi dan psikiatri, jauh sebelum Carl Jung dan Sigmund Freud.
Beberapa penyakit
psikologi telah ia bahas seperti halusinasi, insomnia, demenia, vertigo dan
lainnya. Di bidang fisika, Ibnu Sina adalah penemu termometer dan ia selalu
menggunakan alat itu di setiap penelitiannya untuk mengukur suhu udara sekitar.
Di bidang kimia, Ibnu Sina menemukan teknik destilasi uap untuk mengekstrak
minyak Atsiri dari herbal dan rempah-rempah. Di bidang mekanika, ia telah
menjelaskan teori momentum dan inersia serta masih banyak bidang kelilmuan yang
dipakarinya.
Disepanjang
perjalanan kehidupannya, beliau selalu mengisi dengan hal-hal yang luar biasa.
Tidak seperti kebanyakan orang yang hanya merasa cukup dengan menguasa satu
saja bidang keilmuan. Tetapi Ibnu Sina justru mampu melampaui batas dari
keadaan biasa dengan selalu mengembangkan kecerdasannya untuk selalu
menciptakan bidang-bidang ilmu baru yang luar biasa. Telah terbukti pula semua
bidang keilmuan yang dipakari olehnya menjadi bidang ilmu yang sangat cemerlang
hingga masa kini. Hal demikian membuktikan kebermanfaatan yang luar biasa atas
usaha dan kerja kerasnya untuk banyak orang.
3. Ibnu Sina bersifat workaholic
Ibnu
Sina disebut-sebut sangat workaholic yaitu seseorang yang berkerja tak
kenal waktu. Beliau menghabiskan sepanjang siangnya melakukan penelitian di
laboratorium, mengajar atau menangani pasien kemudian di malam hari beliau akan
belajar dan menulis buku atau jurnal. Al Jauzakani sebagai sekretarisnya,
bahkan menyatakan Ibnu Sina meninggal akibat kelelahan. Maka jarang kebiasaan
ini membuat teman-temannya mengkhawatirkan kesehatannya dan berusaha
mengingatkan melalui teguran. Namun setiap kali ditegur, beliau hanya menjawab, “Lebih baik aku berusia pendek namun penuh
makna dan karya daripada diberi umur panjang yang hampa,” begitu jawabnya. Akan
tetapi dengan sikap workaholic yang
demikian tentu tidaklah pernah Ibnu Sina meninggalkan kewajibannya beribadah.
Sifat
kerja kerasnya sangat saya kagumi, dia pun tidak menginginkan waktu dalam
kehidupannya sedikit saja tidak memiliki manfaat. Segala hal yang menurutnya
mampu untuk dikerjakan akan segera dikerjakan olehnya dengan memanfaatkan
kecerdasan dan kemauan keras yang dimilikinya, tidak ada sedikit pun kata
menyerah baginya. Waktu kehidupannya hanya untuk meneliti atau mempelajari
suatu bidang ilmu saja tidak pernah dia sesalkan bahkan beliau rela
menghabiskan waktu hidupnya dengan hal yang demikian. Beliau sangat cerdas
dalam mengatur waktunya sedemikian rupa hingga banyak hal dapat dilakukan olehnya
dalam satu hari. Hal ini tentunya berkaitan dengan sikap disiplinnya terhadap
waktu dan konsistensinya dalam tujuan kehidupannya.
4. Ibnu Sina sebagai Pecinta Ilmu
Di
usia yang masih terbilang remaja, yaitu 18 tahun, Ibnu Sina telah memiliki
reputasi sebagai ilmuwan fisika. Pencapaian dan kredibilitas tersebut tentunya
hanya mungkin diraih dengan kecintaan pada ilmu. Tidak diragukan lagi, Ibnu
Sina memang sangat mencintai ilmu. Saat disodori pilihan antara uang dan ilmu,
ia tidak menemui kesulitan untuk menentukan pilihan. Hal itu tercermin ketika
sebelum menetap di Gorgan, Ibnu Sina menyembuhkan Pangeran Mansur dan diberi
pilihan sebagai imbalan. Sebelumnya dokter di daerah tersebut menyerah hingga
akhirnya sang pangeran sembuh di tangannya. Pangeran yang berlimpah harta
kekayaan itu pun menawarinya uang, tanah hingga istana. Namun Ibnu Sina
ternyata memilih diberi waktu untuk tinggal di perpustakaan milik sang pangeran
selama beberapa hari untuk melahap ilmu dari koleksi buku-bukunya.
Sifat
cinta akan ilmu dari dalam dirinya menjadi hal yang tidak diragukan lagi untuk
dikagumi. Rasa cinta terhadap ilmu merupakan hal yang mendasar bagi setiap
orang yang harus dimiliki apabila dirinya bertujuan untuk memahami, menguasai,
bahkan menciptakan ilmu-ilmu baru. Sangatlah jarang ditemui seseorang yang
sangat mencintai ilmu hingga mampu menghasilkan karya-karya yang luar biasa
dalam jumlah yang tidak sedikit dan dalam bahasan dari segala bidang ilmu. Ibnu
Sina menghasilkan karya-karya yang luar biasa, sifat cintanya akan ilmu
membuatnya selalu merasa haus akan ilmu. Selalu mengusahakan dirinya untuk
dapat meperoleh ilmu dari berbagai hal yang positif. Menjadikan ilmu diatas
segalanya bahkan tidak tergoda disaat ada pilihan harta diantara ilmu, beliau
tetap memilih ilmu. Ilmu adalah kunci dari segala hal dalam kehidupan hingga
harta pun adalah hasil dari adanya ilmu dari dalam diri kita. Pecinta ilmu
sebagai sikap pribadinya menginspirasi saya untuk memiliki sikap sebagai
pecinta ilmu.
5. Ibnu Sina di dalam penjara tetap
berkarya
Di
Asfahan, Ibnu Sina pernah dipenjara selam 4 bulan karena fitnah dari
lawan-lawan politiknya. Sebelum itu, beliau memang pernah menjabat dalam waktu
sebentar di pemerintahan dan kinerja beliau sangat bagus, hal tersebut membuat banyak
orang yang dengki padanya. Sehingga berakhirlah sikap dengki tersebut dengan
Ibnu Sina berada di dalam penjara. Namun meski hidup di balik terali besi, Ibnu
Sina tidak kehilangan energinya. Sebaliknya beliau menjadi sangat produktif.
Siang hingga malam dihabiskannya untuk menulis.
Kemudian
dihasilkan salah satu karyanya di masa itu adalah sebuah buku yang kemudian
menjadi masterpiece sepanjang masa. Asy-Syifa, buku yang
tersebut membahas banyak cabang ilmu. Mulai dari metafisika, geometri, musik,
medis, sampai fisika. Ketika akhirnya dibebaskan ia memutuskan bahwa politik
bukan tempatnya. Demi sebuah pencerahan, Ibnu Sina pun mengembara hanya
berbekal pakaian yang melekat di badan, sedikit uang, dan setumpuk buku.
Berkali-kali
kembali terlihat kepribadiannya yang luar biasa bagi saya. Dalam menghadapi
masa-masa yang terbilang cukup sulit pun, sikap cintanya terhadap ilmu tidak
dapat diganggu gugat. Beliau tetap bisa berkarya dalam segala situasi. Beliau
selalu mengedepankan hal-hal positif. Beliau tetap memegang prinsipnya bahwa di
dalam hidupnya beliau harus mengisi dengan hal-hal bermanfaat. Terciptalah satu
karya lagi dari situasi yang cukup sulit bagi saya yaitu di dalam penjara. Hal
ini pula menjadi inspirasi saya, bahwa dalam menuntut ilmu tidak pernah
mengenal waktu dan tempat, segala keadaan dapat dimanfaatkan untuk berkarya
selagi kita mau memanfaatkan kemampuan kita untuk mengembangkan kecerdasan
kita.
6. Percayai Ibadah sebagi hal yang
membantunya dalam berkarya
Ibnu
Sina dalam hidupnya memiliki kebiasaan yang sangat baik. Kebiasaan beliau
adalah selalu berwudhu dan sholat sunnah 2 rakaat ketika memulai menulis
karyanya ataupun menghadapi hal-hal sulit atau jalan buntu saat meneliti atau
menulis. Bagi beliau kebiasaan tersebut dapat memudahkan dirinya menemukan
inspirasi kembali setelah melaksanakan sholat atau dalam mimpi tidurnya.
Mengetahui
kebiasaan beliau yang demikian membuat sosoknya menjadi lebih menginspirasi.
Dalam karya-karyanya selalu beliau libatkan dengan ibadah, dengan memohon
pertolongan kepada Allah SWT , Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tidaklah pantas bagi kita untuk tidak melibatkan Allah SWT dalam segala urusan,
karena apapun akan terjadi sesuai dengan kehendaknya, serta tentunya dengan
mengharap ridha-Nya agar karya-karya kita akan berkah dan bermanfaat selalu
bagi orang lain. Hal ini telah dibuktikan dengan adanya karya-karya terbaik
dari seorang Ibnu Sina yang selalu melibatkan Allah SWT dalam segala urusannya.
7. Kemampuan menulis dan membaca cepat
Dengan
rasa cintanya akan ilmu, membuatnya terlatih untuk selalu membaca dan menulis
menghasilkan suatu karya hingga menjadi suatu kebiasaan dalam hidupnya. Ibnu
Sina memiliki suatu kelebihan yang unik, yaitu beliau memiliki kemampuan dalam
hal menulis dan membaca sangat cepat. Beliau bahkan bisa menulis dengan
tulisannya yang tetap dalam keadaan rapi dengan keadaan menulis diatas punggung
kuda yang berjalan cepat.
Betapa
luar biasanya beliau, ketika kita dihadapi dengan keadaan yang demikian
belumlah tentu hasil tulisan kita berada dalam keadaan yang rapi. Kebiasaannya
dalam hal membaca dan menulis menghasilkan satu kemampuan unik pada dirinya
yang belum bisa dimiliki oleh orang lain. Saat ini pun sudah ada
kompetisi-kompetisi menulis dan membaca cepat, hal ini bisa jadi sebagai wujud
dari kekaguman terhadap kemampuan Ibnu Sina bahwa seseorang mampu untuk
melakukan suatu hal yang hebat, salah satunya membaca dan menulis dengan cepat.
Serta menjadi inspirasi bagi kita untuk mengasah kemampuan kita dalam hal
menulis dan membaca cepat karena diyakinkan memperoleh kemampuan tersebut
tidaklah sia-sia dalam banyak hal.
8. Tidak mementingkan gengsi dalam
mencari ilmu
Dari
usia dini, Ibnu Sina telah mendapatkan suatu ilmu dari hasil homeschooling yang diikutinya bersama
guru-guru yang berbeda setiap bidang ilmu. Beliau tidak pernah memikirkan
gengsi dalam menuntut ilmu, beliau tidak pernah malu untuk berguru ke siapapun.
Beliau mengaku bahwa semasa kecilnya telah mempelajari aritmatika dari seorang
pedagang sayur kebangsaan India, bahkan beliau pernah menyelinap ke pesantren
milik seorang guru dari Persia untuk belajar ramuan obat. Hingga usia tua pun
beliau masih suka berguru ke banyak ilmuwan lainnya dan salah satunya adalah
seorang ahli fiqih terkenal, Al-Farabi.
Dalam
perjalanan menuntut ilmu tidaklah penting untuk memelihara rasa malu karena
ilmu dapat dicari dimanapun, oleh siapapun, dan kapanpun. Hal ini telah
dibuktikan oleh Ibnu Sina. Perilakunya dalam mencari ilmu menjadi inspirasi
bagi saya, yaitu hendaklah kita mencari ilmu sebanyak-banyak tanpa mengenal
adanya suatu batasan. Jika kita ingin kaya akan ilmu, hilangkan hal-hal rasa
malu, rasa gengsi, rasa bingung untuk mencari ilmu. Jika kita sangat cinta akan
ilmu maka tidak ada alasan apapun yang membatasi perjalanan mencari ilmu,
seperti yang telah dilakukan oleh Ibnu Sina.
9. Otak kanan dan otak kiri yang
seimbang
Ibnu
Sina disamping jago dalam hal logika dalam segala karya-karyanya, tetapi beliau
juga mempergunakan otak kanannya dengan hal yang tidak kalah luar biasanya.
Ibnu Siana juga merupakan seorang penyair, beliau handal dalam memainkan alat musik
dan bernyanyi. Bahkan sesaat ketika ada jadwal kuliah di malam hari, beliau
selalu menyediakan waktu break sejenak dan mengajak para mahasiswanya untuk
bermain musik sekaligus bernyanyi di dalam kelas.
Sangat terlihat kecerdasan dari Ibnu Sina ini, beliau mampu
secara seimbang mempergunakan kinerja otak kanan dan otak kirinya dalam
hidupnya untuk menghasilkan sutau hal yang luar biasa. Saya pun berkeinginan
sekali dapat melakukan hal tersebut, menyeimbangkan keadaan otak kanan dan otak
kiri. Hanya dalam jumlah minoritas saja yang selama ini saya temui seseorang
yang mampu menyeimbangkan otak kanan dan otak kirinya, termasuk saya.
Seringkali seseorang sudah merasa nyaman dengan kinerja salah satu otaknya dan
sangat sulit berkemauan untuk menyeimbangkan satu dengan yang lainnya. Namun,
lihatlah Ibnu Sina, beliau mau dan telah mampu menghasilkan karya-karya serta
berkeahlian juga di bidang sastra dan seni. Inilah yang menginspirasi saya
untuk dapat menjadi lebih baik kembali.
Dari hal yang telah diuraikan diatas dapat diketahui bahwa
sosok dari Ibnu Sina sangat menginspirasi terutama dalam sisi kepribadiannya
dan prinsip hidupnya. Sangat luar biasa perjalanan hidupnya, kesuksesannya
dapat terlihat dengan karya-karya yang dihasilkan begitu terkenal serta membawa
manfaat bagi orang banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar