Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 22 Juni 2016

KOLOID- LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2

KOLOID

A. Tujuan Praktikum
    1. Mengetahui cara pembuatan koloid dengan
        metode kondensasi 
    2. Mengetahui cara pembuatan kolid dengan
        metode dispersi
    3. Mengetahui cara pembuatan emulsi
    4. Mengeahui berkas cahaya yang melewati
        larutan, koloid, dan suspensi
    5. Mengetahui sifat-sifat koloid

B. Dasar Teori



          Koloid berasal dari bahasa Yunani "kolia" yang artinya lem. Kolod pertama kali dikenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi sulit terdisfusi. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Dalam sistem koloid terdapat dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Walau tampak sebagai dispersi homogen, namun koloid merupakan dispersi heterogen.

        Koloid memiliki ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel antara 10^-7 cm dan 10^-5 cm atau antara 1-100 nm. Partikel koloid dapat menembus kertas saring tetapi tidak dapat menembus selaput semipermeabel. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi ini, bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang bukan merupakan ciri dari bahan dalam agregat yang lebih besar. (Keenan,1984)

         Partikel-partikel dalam koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau dengan mikroskop biasa. Walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut-sudut yang besar.  Bila konsentrasi koloidnya besar, penyebaran cahaya ini akan menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tidak diteruskan, contohnya susu. Sinar yang datang pada susu disebarkan oleh partikel-partikel koloid. Bila konsentrasi lebih kecil, dispersi koloidnya terlihat seperti awan dan bila diencerkan lagi dapat lebih terang (transparan) , misalnya larutan kanji yang encer akan terlihat terang. (Syukuri, 1999)
Berikut adalah tabel perbedaan larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi






          Suatu koloid selalu mengandung dua fasa yang berbeda, mungkin berupa gas, cair, atau padat. Pengertian fasa disini tidak sama dengan wujud karena ada wujud sama tetapi fasa berbeda. Contohnya campuran air dan minyak bila dikocok akan terlihat butiran minyak dalam air. Butiran itu mempunyai fasa berbeda dengan air walaupun keduanya cair. Oleh karena itu suatu koloid mempunyai fasa terdispersi dan fasa pendispersi yang mirip dengan larutan dan zat terlarut pada suatu larutan.



         Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya, koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut.



 

Koloid memiliki bentuk bermacam-macam tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispernya.

1) Sol (fase terdispersi padat)
 a. Sol Padat => jenis koloid dengan fase padat terdispersi dalam zat  padat
                       => contoh: paduan logam, gelas berwarna, mutiara
 b. Sol Cair  => jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat
                          fase cair
                     => contoh: cat, tinta
c. Sol Gas    => jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat 
                         fase gas
                     => contoh: asap dari pembakaran, debu

2) Emulsi (fase terdispersi cair)
 a. Emulsi Padat  => koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
                                   padat
                              => contoh: jelly, keju, mentega

 b. Emulsi Cair    =>  koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
                                   cair
                             => contoh: Susu, Santan

c. Emulsi Gas     => koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase
                                 gas
                            => contoh: Awan, Kabut

3) Buih (fase terdispersi gas)
 a. Buih Padat  => koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase
                                padat
                          => contoh: Batu Apung, Karet Busa, Styrofoam
 b. Buih Cair    => koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair
                          => contoh: Busa Sabun

4) Gel
         koloid dengan setengah kaku (antara padat dan cair), dapat dibentuk dari suatu sol yang za terdispersinya mengadsorbsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.
    contoh: agar-agar, selai, gelatin

          Sistem koloid dapat dibentuk dengan menggabungkan ukuran partikel-partikel larutan sejati menjadi berukuran partiel koloid atau dinamakan kondensasi. Selain itu juga dapat dibuat dengan cara menghaluskan ukuran partikel suspensi kasar menjadi berukuran patikel koloid, cara ini dinamakan dispersi.

   1. Cara Kondensasi
          Partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati hanya berupa molekul atom atau ion diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika.
          a) Reaksi Redoks
                    => adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi
          b) Hidrolisis
                   => reaksi suatu zat dengan air
                          

 2. Cara Dispersi
          Partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid yang dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan cara busur bredig dengan prinsip partikel besar dipecah menjadi partikel kecil.


 Sifat-sifat Koloid

1. Efek Tyndall
          Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari oleh cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal ini terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai ukuran yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya pada larutan sejati, partikel-partiklnya berukuran relaitf kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
         Penerapan efek tyndall dalam kehidupan sehari-hari:
- Sorot lampu mobil atau lampu senter di udara berkabut
- Pada sore hari munculnya warna jingga dan biru
-Sinar matahari melalui celah-celah daun pada pagi hari

2. Gerak Brown
           Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas atau hanya bervibrasi ditempat seperti pada zat padat. Pada sistem koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
          Tumbukan yang terjadi berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel ckup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak simbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zig-zag atau gerak brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukam dalam zat padat.

3. Adsorbsi
          Adorbsi adalah peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-permukaan partikel koloid. Adsorbsi dapat terjadi karena adanya kemampuan pada partikel koloid untuk menarik oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan menarik tersebut dapat terjadi karena adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi, sehingga bila ada partikel yang menempel akan cenderung dipertahankan pada permukaannya.
         Bila partikel-partikel koloid mengadsorbsi ion yang bermuatan positif pada permukaannya maka koloid akan menjadi bermuatan positif, dan sebaliknya bila yang diadsorbsi ion negatif akan menjadi bermuatan negatif. Selain dari ion, partikel-partikel koloid dapat menyerap muatan dari listrik statis, misalnya debu, dapat menyerap muatan positif atau negatif fari adanya elektron yang bergerak diudara atau di arus listrik, maka jika koloid tersebut diletakkan dalam medan listrik partikelnya akan bergerak menuju kutub yang bermuatan listrik yang berlawanan dengan muatan koloid.
          Penerapan adsorbsi dalam kehidupan sehari-hari:
- Penjernihan air dengan menggunakan tawas
- Penjernihan air tebu dalam pembuatan gula
- Penyembuhan sakit perut dengan norit akibat bakteri patogen
- Pencelupan serat wol pada proses pewarnaan

4. Koagulasi
          Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel koloid. Peristiwa koagulasi pada koloid dapat terjadi diakibatkan oleh peristiwa mekanis atau peristiwa kimia. Peristiwa mekanis misalnya, pemanasan atau pendinginan. Darah merupakan sol butir-butir darah merah yang terdispersi dalam plasma darah, bila dipanaskan akan menggumpal sedangkan agar-agar akan menggumpal bila didinginkan.
        Penerapan koagulasi dalam kehidupan sehari-hari:
- Penjernihan air
- Proses penggumpalan debu atau asap pabrik
- Pembentukan delta di muara

5. Elektroforesis
          Elektroforesis adalah peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik. Manfaat elektroforesis ini adalah pada proses pemisahan potongan-potongan gen pada proses bioteknologi, penyaringan debu pabrik pada cerobong asap yang disebut pesawat cottrel. Koloid logam atau basa pada umumnya mengadsorbsi ion-ion logam pada saat proses pembentuk sehingga akan menjadi bermuatan positif.